Di beberapa negara, madu sudah digunakan begitu luas, sebut saja di Australia atau Selandia Baru, madu dikonsumsi hampir setiap orang. Pemahaman masyarakat di sana mengenai madu sudah lebih maju. Mereka sudah lama meninggalkan diskusi bertema madu asli vs madu palsu menuju madu berkualitas baik vs madu berkualitas rendah. Begitu juga di Jepang.
Selain itu, madu juga sudah cukup lama digunakan sebagai campuran obat, kosmetika, pemanis alami dalam berbagai makanan dan minuman.
Pada tahun 2004 diketahui tingkat konsumsi madu masyarakat Indonesia sebesar 10 gram / orang / tahun. Di Jepang mencapai 700 gram / orang / tahun. Masyarakat Eropa, rata-rata mengkonsumsi 1.000 gram / orang / tahun, Selandia Baru? 1.500 gram / orang / tahun.Kualitas madu ditentukan oleh keanekaragaman tumbuhan, cuaca dan perilaku manusia. Semakin bervariasi tanaman penghasil nektar, akan semakin bervariasi pula zat yang terkandung dalam madu.Cuaca juga berperan penting dalam mempengaruhi kualitas (juga kuantitas) madu. Ketersediaan madu dipengaruhi sumber pakan lebah dan cuaca. Sejumlah tanaman memiliki musim tertentu, misal pohon kapuk randu, atau rambutan misalnya, tidak berbunga sepanjang tahun. Hujan yang turun terus-menerus, deras pula, bisa merontokkan bunga, lebah pun semakin sulit keluar sarang untuk mengambil nektar. Kalau panen buah rendah atau gagal, biasanya begitu juga yang terjadi dengan produksi madu. Jadi Anda bisa bertanya, kenapa buah rambutan tidak ditemukan di pasaran karena gagal panen tetapi madu berlabel madu rambutan begitu melimpah di pasaran?
Perilaku manusia tidak sama dengan perilaku lebah. Lebah lebih bisa dipercaya, lebah tidak pernah memalsukan madu yang mereka buat. Lebah tunduk 100% kepada perintah Sang Maha Pencipta, sedangkan sebagian manusia tidak demikian. Jadi, selain memperhatikan sumber pakan lebah dan cuaca, lebihkan pula perhatian Anda kepada “manusia” yang terlibat di dalamnya!Manusia juga mempengaruhi ketersediaan sumber pakan lebah dan cuaca. Manusia yang gemar merusak hutan dan tanaman lain pada akhirnya akan menurunkan produksi madu juga, akan mengganggu keseimbangan cuaca juga kan?
Berdasarkan data dari laboratorium, sampel madu dapat dilihat kualitasnya. Misal, kadar air, HMF, aktivitas enzim diastase, kadar sukrosa, gula pereduksi dan beberapa parameter lain.HMF atau Hydroxy Methyl Furfural merupakan produk hasil pemecahan glukosa dan fruktosa. Angka HMF tidak boleh melebihi 50 mg / kg (SNI Madu 2004), 20 mg / kg (standar internasional).
Berdasarkan data dari laboratorium, sampel madu dapat dilihat kualitasnya. Misal, kadar air, HMF, aktivitas enzim diastase, kadar sukrosa, gula pereduksi dan beberapa parameter lain.HMF atau Hydroxy Methyl Furfural merupakan produk hasil pemecahan glukosa dan fruktosa. Angka HMF tidak boleh melebihi 50 mg / kg (SNI Madu 2004), 20 mg / kg (standar internasional).
Secara sederhana, HMF yang tinggi mengindikasikan bahwa madu mengalami proses pemanasan, boleh juga dikatakan bahwa “madu dimasak”. Madu yang dipanaskan biasanya memiliki kadar enzim, aktivitas enzim diastase yang rendah, padahal enzim sangat bermanfaat bagi tubuh. Sebagian vitamin juga tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Kenapa madu dipanaskan? Madu yang bersifat higroskopis sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara. Madu yang dihasilkan di daerah tropis seperti Indonesia lebih tinggi kadar airnya (encer) dibanding madu yang dihasilkan di daerah seperti di Timur Tengah misalnya. Madu yang berkadar air rendah (kental) lebih tahan atau awet dan tidak segera akan mengalami proses fermentasi.
Pada umumnya “manusia” memanaskan madu agar mendapat keuntungan berlipat dan mudah menjual madu, madu bisa dijula dengan sangat murah. Agar kadar air di dalam madu rendah dengan cara cepat dan murah. Kadar air madu ditetapkan maksimal 22% (SNI Madu 2004), 17% (standar internasional). Madu yang memiliki kadar air di atas 20% sangat mudah mengalami proses fermentasi, cirinya: madu meletup saat dibuka atau didiamkan, madu yang sudah mengalami proses tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi meski tetap halal.
Untuk menurunkan kadar air madu dengan cepat dan murah biasa dipilih metode pemanasan atau pemasakan madu. Jadi, “manusia” hanya perlu memproses madu yang encer antara 20 menit sampai 60 menit untuk mendapatkan madu kental, madu dengan kadar air yang rendah.
Berdasarkan parameter kadar air, tentu kualitas madu seperti ini memenuhi kriteria SNI, tetapi konsumen hanya mendapatkan manisnya madu karena enzim diastase dan bahan penting lainnya sudah rusak akibat proses pemanasan. Sementara cara menurunkan kadar air pada madu direkomendasikan menggunakan dehumidifier. Metode ini membutuhkan waktu berminggu-minggu dan berdampak kepada biaya operasional yang jauh lebih tinggi dibanding harga madu yang diproses dengan cara pemanasan. Kelebihannya: mutu madu terjaga dengan baik.
Ada tiga jenis pemalsuan madu: pemalsuan jumlah, dilakukan dengan menambahkan volume madu “asli” dengan bahan lain, misal menambahkan sirup fruktosa ke dalam madu. Kedua, pemalsuan mutu, biasanya dilakukan dengan cara menurunkan kadar air madu yang sebelumnya tinggi (encer) dengan cara pemanasan, cara lain: mencampur madu bermutu rendah ke dalam madu bermutu baik. Ketiga, pemalsuan menyeluruh. Semua bermuara kepada harga jual yang murah.
Kenapa madu dipalsukan? Madu dipalsukan karena memang permintaan akan madu palsu begitu tinggi. Mungkin terkait dengan daya beli rata-rata masyarakat kita, atau pemahaman tentang madu yang belum benar sehingga semut, kertas koran, telur, letupan dan korek api masih dijadikan penentu keaslian suatu madu.
Lalu, bagaimana cara mendapatkan madu yang baik? Pertama, lakukan pemanenan secara mandiri, entah ke hutan atau membudidayakan sendiri. Kedua, saksikan dan beli madu saat pemanenan, Ketiga, beli dari pihak yang bisa dipercaya.
Demikian sampai di sini. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan tubuh, minumlah beberapa sendok makan madu secara teratur, berbentuk larutan dan saat perut kosong jauh lebih baik.