Stock madu curah yang tersedia per Desember 2016:
1. Madu Hutan Riau
2. Madu Hutan Palembang
3. Madu Nektar Bunga Randu
4. Madu Karet
5. Madu Nektar Bunga Klengkeng
6. Madu Nektar Bunga Kaliandra
7. Sari Kurma
Produk lain:
1. Propolis Powder
2. Propolis Liquid
3. Royal Jelly Frozen
4. Bee Polen
Supplier MADU ASLI curah, retail dan murah. Hub: HARI 0812-9697-7311. Kadar air sesuai SNI. Dilengkapi hasil lab dan LPPOM MUI. Tersedia propolis dan royal jelly berkualitas.
Senin, 22 September 2014
Selasa, 02 September 2014
Kue Carang Madu
Bagi anda yang hobi jalan-jalan ke
daerah-daerah di Nusantara, jangan lupa membawa oleh-oleh ini, kue khas Jepara.
Disebut kue carang/sarang madu karena mirip dengan sarang burung betulan karena
bentuknya yang 'semrawut'. Warnanya putih kecoklatan, dengan lelehan berwarna
merah kecoklatan diatasnya. Soal rasa? Paduan gurih, manis dan renyah hmm,
kriuk..kriuk..enak!
Kue ini merupakan salah satu kue
kuno yang sudah jarang ditemui. Dikenal dengan nama kue Sarang Burung atau
Sarang madu. Pembuat yang masih bertahan sampai saat ini adalah Ny. Yoe Lan Nio
dari Welahan, Jepara. Karena itu kue ini hanya bisa ditemui di sekitar Jawa
Tengah. Kue buatan nyonya ini bentuknya tidak rapi justru agak berantakan
persis sarang burung asli, dan masing-masing dikemas dalam plastik. Labelnya
berupa burung wallet dengan tinta merah.
Kalau kita sedang mampir ke kota Kudus, Jepara atau Semarang ada beberapa toko oleh-oleh yang menjualnya seperti di Toko Sinar Tiga-Tiga di Kudus. Selain buatan Welahan, kue sarang burung juga dibuat oleh produsen lain dengan bentuk lebih rapi mirip roda. Kemasannya tetap rapi dan agak ketat agar tidak mudah remuk.
Sarang madu atau carang madu ini terbuat dari bahan yang sederhana seperti santan, tepung beras, dan gula. Mungkin bisa dimodifikasi sedikit dengan mengganti gula merah dengan madu. Jadi tak heran jika saat dicoba rasanya gurih renyah dan sedikit manis karena ada kucuran gula merah yang mengering diatasnya.
Kalau kita sedang mampir ke kota Kudus, Jepara atau Semarang ada beberapa toko oleh-oleh yang menjualnya seperti di Toko Sinar Tiga-Tiga di Kudus. Selain buatan Welahan, kue sarang burung juga dibuat oleh produsen lain dengan bentuk lebih rapi mirip roda. Kemasannya tetap rapi dan agak ketat agar tidak mudah remuk.
Sarang madu atau carang madu ini terbuat dari bahan yang sederhana seperti santan, tepung beras, dan gula. Mungkin bisa dimodifikasi sedikit dengan mengganti gula merah dengan madu. Jadi tak heran jika saat dicoba rasanya gurih renyah dan sedikit manis karena ada kucuran gula merah yang mengering diatasnya.
Jumat, 03 Januari 2014
Sebabkan kematian lebah, Eropa mungkin akan melarang pestisida
Jakarta
(ANTARA News) - Negara-negara anggota Uni Eropa bakal segera memutuskan
mengenai usulan pembatasan penggunaan pestisida terkait hasil kajian ilmiah
mengenai kematian-kematian lebah.
Ada kekhawatiran yang besar di seluruh Eropa terhadap runtuhnya populasi lebah. Bahan kimia pestisida neonikotinoid dalam semprotan diyakini berbahaya bagi lebah, seperti dilansir BBC, Senin.
Komisi Uni Eropa menyatakan pestisida-pestisida tersebut harus dibatasi dan dilarang digunakan pada tanaman atau tumbuhan yang selama ini dikunjungi lebah atau serangga lain yang bermanfaat bagi penyerbukan, seperti kupu-kupu.
Meski begitu, banyak petani maupun ahli pertanian menilai, Uni Eropa tidak punya data yang meyakinkan.
Komisi Uni Eropa akan memberlakukan larangan selama dua tahun terhadap bahan kimia neonikotinoid, jika negara-negara di Eropa gagal mencapai kesepakatan.
Para peneliti mengatakan selama ini spesies liar seperti lebah madu merupakan binatang yang paling bertanggung jawab dalam proses penyerbukan produksi tanaman pangan di sepertiga wilayah dunia. Karena itu keberadaan lebah harus dijaga.
Saat ini sejumlah negara telah memberlakukan larangan terbatas terhadap bahan kimia jenis Neonikotinoids, seperti Prancis, Jerman, Italia dan Slovenia.
Dukungan terhadap Uni Eropa datang dari tiga juta tanda tangan yang dikumpulkan untuk mendesak pelarangan pestisida jenis neonikotinoid.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa bahan kimia yang dibuat oleh Bayer dan Syngenta, memang memiliki dampak negatif pada lebah.
Satu penelitian menyarankan bahwa neonicotinoids mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan sarang ratu lebah. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa pestisida merusak otak mereka.
Namun Departemen Inggris untuk Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan (Defra) berpendapat bahwa studi ini hanya dilakukan di laboratorium dan tidak mencerminkan kondisi lapangan secara akurat.
Ada kekhawatiran yang besar di seluruh Eropa terhadap runtuhnya populasi lebah. Bahan kimia pestisida neonikotinoid dalam semprotan diyakini berbahaya bagi lebah, seperti dilansir BBC, Senin.
Komisi Uni Eropa menyatakan pestisida-pestisida tersebut harus dibatasi dan dilarang digunakan pada tanaman atau tumbuhan yang selama ini dikunjungi lebah atau serangga lain yang bermanfaat bagi penyerbukan, seperti kupu-kupu.
Meski begitu, banyak petani maupun ahli pertanian menilai, Uni Eropa tidak punya data yang meyakinkan.
Komisi Uni Eropa akan memberlakukan larangan selama dua tahun terhadap bahan kimia neonikotinoid, jika negara-negara di Eropa gagal mencapai kesepakatan.
Para peneliti mengatakan selama ini spesies liar seperti lebah madu merupakan binatang yang paling bertanggung jawab dalam proses penyerbukan produksi tanaman pangan di sepertiga wilayah dunia. Karena itu keberadaan lebah harus dijaga.
Saat ini sejumlah negara telah memberlakukan larangan terbatas terhadap bahan kimia jenis Neonikotinoids, seperti Prancis, Jerman, Italia dan Slovenia.
Dukungan terhadap Uni Eropa datang dari tiga juta tanda tangan yang dikumpulkan untuk mendesak pelarangan pestisida jenis neonikotinoid.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa bahan kimia yang dibuat oleh Bayer dan Syngenta, memang memiliki dampak negatif pada lebah.
Satu penelitian menyarankan bahwa neonicotinoids mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan sarang ratu lebah. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa pestisida merusak otak mereka.
Namun Departemen Inggris untuk Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan (Defra) berpendapat bahwa studi ini hanya dilakukan di laboratorium dan tidak mencerminkan kondisi lapangan secara akurat.
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Suryanto
Langganan:
Postingan (Atom)